Tuesday, January 17, 2012

bokep india 3




Malam Yang Terasa Panjang

Kisah ini terjadi kira-kira 2 tahun yang lalu. Saat itu aku masih kuliah. Aku sedang sendirian di rumah, karena orang tuaku sedang pergi ke luar kota menghadiri sebuah acara. Sebenarnya, aku sudah sering ditinggal sendirian di rumah. Tetapi entah mengapa, malam itu aku merasa sangat kesepian. Setelah ragu-ragu sejenak, akhirnya aku memutuskan untuk menelpon pacarku, Fredi, dan memintanya untuk menemaniku. Dia pun menyetujuinya bahkan berencana untuk menginap.

Satu jam kemudian, dia datang. Kami mengobrol sejenak. Karena malam itu adalah malam minggu, maka kami berencana untuk pergi nonton. Satu hal yang tidak mungkin kulakukan saat orang tuaku ada di rumah.

Pukul 21:00 kami keluar, namun kami tidak langsung menuju gedung bioskop, melainkan mencari makan dulu. Setelah itu, kami memesan tiket. Bioskop yang kami kunjungi ini dekat dengan rumahku, dan tidak terlalu ramai walau malam minggu sekalipun. Jadi kami dapat bebas memilih tempat duduk. Seperti biasa, kami memilih tempat duduk favorit kami. Barisan tengah, dekat tembok.

Setelah menunggu beberapa waktu, akhirnya film pun dimulai. Pada mulanya, kami hanya saling berpegangan tangan dan sesekali tangannya membelai wajahku. Ketika film sudah setengah jalan, ada adegan dimana pemainnya melakukan hubungan badan (yang kemudian disensor). Aku meliriknya, dia terlihat acuh tak acuh, namun tiba-tiba kurasakan tangannya mulai bergerak ke arah rokku. Saat itu aku memakai rok selutut, sehingga tangannya dengan mudah berhasil menyelinap ke baliknya dan membelai pahaku. Darahku mulai berdesir. Tanganku pun mulai bergerak membelai daerah selangkangannya. Kami melakukan hal itu selama beberapa saat, hingga akhirnya aku berkata, “Mas, jangan di sini.”
Dia mengamati wajahku. Kemudian menghentikan aktivitasnya.

Film telah selesai, dan kami telah berada di rumah. Setelah mengunci semua pintu dan mematikan lampu, aku pun naik ke lantai 2 menuju kamarku. Kulihat Fredi sedang di kamar mandi. Aku mengganti bajuku dengan baju tidur yang berbentuk daster, dan bergantian dengan Fredi masuk ke kamar mandi untuk menggosok gigi. Ketika aku kembali ke kamar, Fredi sedang tidur di tempat tidurku hanya memakai celana pendek, entah dia sudah benar-benar tidur atau belum. Ketika sedang menyisir rambutku, kurasakan sebuah tangan memeluk pinggangku dari belakang. Ternyata Fredi.

Dia sudah berdiri di belakangku sambil menciumi rambutku.
“Rambutmu wangi Dik, baru keramas ya..?” katanya lembut dekat dengan kupingku.
Aku pun mengangguk. Dia menyibakkan rambutku dan menciumi tengkukku. Tengkukku merupakan daerah sensitifku, dan perlakuannya itu membuatku terangsang. Kubalikkan badanku menghadapnya, dan langsung menyambut bibirnya. Kami berciuman dengan penuh nafsu dan tangannya mulai masuk ke balik dasterku, meremas pantatku.

Tanganku mulai menelusuri punggungnya ke arah bawah, hingga aku bisa meraih celananya dan langsung kulepaskan berikut celana dalamnya. Kuremas batang kemaluannya yang sudah mengeras. Dia melepas bibirnya dari bibirku dan mulai melepas pakaianku, mulai dari daster sampai BH-ku dengan cepat dilepaskannya, hingga tinggal celana dalam saja yang melekat di tubuhku. Lalu dia membopong dan membaringkan tubuhku di atas tempat tidur.

Setelah memposisikan tubuhnya di atas tubuhku, kami mulai berciuman lagi. Namun kali ini, ciumannya tidak hanya pada satu tempat. Lidahnya menelusuri seluruh bagian tubuhku, wajah, leher, dada, perut. Setelah menjilati perutku, dia menuju ke arah payudaraku. Dijilatinya daerah sekitar puting susuku, sementara tangannya meremas-remas payudaraku yang lain. Lidahnya mulai mempermainkan puting susuku, lalu kadang-kadang dia menggigit atau menghisapnya dalam-dalam. Aku mendesah keenakan sambil meremas rambutnya yang lebat.

Setelah puas dengan yang di sebelah kiri, dia pun pindah melahap payudaraku yang sebelah kanan. Setelah itu lidahnya menelusuri perutku lagi, namun begitu sampai di celana dalamku, dia langsung menggigitnya dan menariknya hingga lepas. Dilebarkannya kedua kakiku dan dengan gerakan yang pasti dia membenamkan kepalanya di antara kedua kakiku itu. Pertama, dia menjilati klitorisku, membuatku menggelinjang menahan rasa geli. Kemudian lidahnya digerakkan menuju bibir kemaluanku yang sudah sangat basah. Lidahnya dengan pasti menyusup ke dalam lubang senggamaku, sementara tangannya terus meremas kedua payudaraku.

Desahan-desahan terus keluar dari mulutku, “Oh.. ah.. enak sekali Mas.. ooh..!”
Tiba-tiba aku merasa ada sesuatu yang akan keluar, “Maas, aku mau keluar..!”
Mendengar teriakanku ini, dia semakin bernafsu mempermainkan liang senggamaku dengan lidahnya. Lalu aku merasa tubuhku menegang diiringi rasa nikmat yang luar biasa, dan tanpa sadar kepalanya yang berada di antara pahaku kujepit.
Dia menunggu orgasmeku lewat, dan setelah aku tenang dia berbisik di telingaku, “Gimana rasanya..?”
“Enak sekali Mas..,” aku menjawab sambil tersenyum.
“Aku juga ingin merasakannya..,” dia berkata membalas senyumanku.

Posisi kami sudah berbalik. Sekarang dia sudah berbaring di bawahku. Aku mulai dengan menciumi bibirnya, wajahnya, lalu turun ke leher, dada dan perut. Kuraba batang kejantanannya yang masih mengeras dan dengan perlahan kuarahkan ke mulutku. Kujilati perlahan batang kemaluan itu, dan setelah seluruh permukaannya basah, aku pun memasukkannya ke dalam mulutku. Bagiku, ukuran batang kemaluannya termasuk besar, sehingga aku harus membuka mulutku lebar-lebar agar seluruhnya bisa masuk. Kukocok batang kemaluannya dengan mulutku, dan sesekali kuhisap. Aku mendengar lenguhannya setiap kali batangnya kuhisap, “Wow.. ooh.. oohh..”

Mendengar lenguhannya itu, aku semakin bernafsu. Kupercepat kocokanku dan lebih sering lagi kuhisap. Tidak berapa lama, dia mengalami ejakulasi. Kurasakan air maninya di mulutku, yang kemudian langsung kutelan semuanya. Kuperhatikan wajahnya, dia nampak seperti kesakitan, namun setelah selesai, dia menarik nafas.
Dia berkata, “Terima kasih, sungguh nikmat sekali.”
Aku membalas dengan mencium lembut bibirnya, lalu berbaring di sebelahnya.

Kami berdiam diri sejenak. Namun tidak berapa lama, tangan kami mulai meraba-raba lagi. Dia meraba bibir kemaluanku, sedangkan aku meraba batang kejantanannya. Bibir kami saling berpagutan, hingga kurasakan batang kejantanannya kembali menegang dan liang senggamaku mulai basah. Kemudian dia berguling ke atasku, kali ini batang kejantanannya digesek-gesekkan ke bibir kemaluanku. Bibir kami masih tetap berpagutan. Tangannya mulai membimbing batang kemaluannya menuju ke lubang senggamaku. Aku mulai merasa batang kejantanannya perlahan-lahan masuk.

Perlu diketahui, bahwa walaupun kami sudah sering berhubungan atau bercinta dan bercumbu, namun saya masih perawan. Hal ini memang belum pernah terjadi sebelumnya, karena memang keadaan diantara kami yang tidak memungkinkan kami untuk bertindak ke hal yang lebih. Tetapi apa yang kami lakukan saat ini benar-benar merupakan kesempatan buat kami merasakan sensasi hubungan seks yang sebenarnya, selayaknya seorang suami yang mencumbu istri tersayangnya.

Dia memandang wajahku, dan ketika melihatku tersenyum, dia mulai menggerakkan batang kejantanannya keluar masuk, walaupun baru bagian kepalanya saja yang sudah masuk ke dalam liang keperawananku. Rasanya enak tetapi sekaligus juga geli. Kulihat dia pun menikmatinya.
Tiba-tiba dia berhenti dan bertanya, “Apa kamu mau melakukannya..?”
Aku memandangnya, aku berpikir bahwa aku sudah berpacaran dengannya lebih dari 4 tahun dan aku memang menginginkannya.
Aku pun menjawab mantap, “Ya Mas, ayo lakukan..!”

Perlahan dia mulai mendorong batang kemlauannya masuk, namun tiap kali aku meringis kesakitan, dia berhenti, lalu mulai lagi hingga akhirnya batang kejantanannya benar-benar terbenam di dalam liang keperawananku. Aku merasa kemaluanku begitu penuh hingga aku tidak dapat merasakan gerakan ototnya lagi.
Namun dia justru berkata, “Aaah, enak sekali pijatanmu Dik..!” sambil menikmati penetrasinya yang sukses dia lakukan.
Saya yang saat itu dilingkupi perasaan sakit karena baru pertama kalinya ditembus oleh batang kejantanan lelaki. Tetapi perasaan itu tidak lama kurasakan, karena sebentar kemudian kurasakan kenikmatan setelah melihat wajahnya yang begitu kusuka.

Setelah diam sesaat, dia mulai menggenjot batang kejantanannya keluar masuk liangku yang saat itu sudah tidak lagi perawan. Tiba-tiba dia menarik badanku ke pinggir tempat tidur hingga dia sekarang dalam posisi berdiri. Dia kembali menggenjot, dan dia membasahi jarinya dengan ludah lalu mengusapkannya ke klitorisku. Aku menggelinjang hebat. Rasanya nikmat sekali. Aku mulai meremas-remas payudaraku, namun kemudian dia menepis tanganku dan dengan penuh nafsu melahap payudaraku. Aku merasakan sensasi yang sangat hebat.

Batang kejantanannya ada di dalam liang senggamaku, tangannya mengusap-usap klitorisku dan mulutnya menghisap payudaraku.
“Ooohh.. enak Sayang.., ooh.. sungguh nikmat..!” erangku.
“Aku juga Sayang.., kita keluarkan bersamaan yah..?” katanya ditengah-tengah permainan seks yang kami lakukan.
Setelah melakukannya dengan posisi yang sama selama kurang lebih 10 menit, kami pun mencapai orgasme secara bersamaan. Dan kemudian tergeletak lemas karena kelelahan. Saat itu sudah pagi, namun kami tidur dengan lelap hingga hari menjelang sore.

TamatMalam Yang Terasa Panjang

Kisah ini terjadi kira-kira 2 tahun yang lalu. Saat itu aku masih kuliah. Aku sedang sendirian di rumah, karena orang tuaku sedang pergi ke luar kota menghadiri sebuah acara. Sebenarnya, aku sudah sering ditinggal sendirian di rumah. Tetapi entah mengapa, malam itu aku merasa sangat kesepian. Setelah ragu-ragu sejenak, akhirnya aku memutuskan untuk menelpon pacarku, Fredi, dan memintanya untuk menemaniku. Dia pun menyetujuinya bahkan berencana untuk menginap.

Satu jam kemudian, dia datang. Kami mengobrol sejenak. Karena malam itu adalah malam minggu, maka kami berencana untuk pergi nonton. Satu hal yang tidak mungkin kulakukan saat orang tuaku ada di rumah.

Pukul 21:00 kami keluar, namun kami tidak langsung menuju gedung bioskop, melainkan mencari makan dulu. Setelah itu, kami memesan tiket. Bioskop yang kami kunjungi ini dekat dengan rumahku, dan tidak terlalu ramai walau malam minggu sekalipun. Jadi kami dapat bebas memilih tempat duduk. Seperti biasa, kami memilih tempat duduk favorit kami. Barisan tengah, dekat tembok.

Setelah menunggu beberapa waktu, akhirnya film pun dimulai. Pada mulanya, kami hanya saling berpegangan tangan dan sesekali tangannya membelai wajahku. Ketika film sudah setengah jalan, ada adegan dimana pemainnya melakukan hubungan badan (yang kemudian disensor). Aku meliriknya, dia terlihat acuh tak acuh, namun tiba-tiba kurasakan tangannya mulai bergerak ke arah rokku. Saat itu aku memakai rok selutut, sehingga tangannya dengan mudah berhasil menyelinap ke baliknya dan membelai pahaku. Darahku mulai berdesir. Tanganku pun mulai bergerak membelai daerah selangkangannya. Kami melakukan hal itu selama beberapa saat, hingga akhirnya aku berkata, “Mas, jangan di sini.”
Dia mengamati wajahku. Kemudian menghentikan aktivitasnya.

Film telah selesai, dan kami telah berada di rumah. Setelah mengunci semua pintu dan mematikan lampu, aku pun naik ke lantai 2 menuju kamarku. Kulihat Fredi sedang di kamar mandi. Aku mengganti bajuku dengan baju tidur yang berbentuk daster, dan bergantian dengan Fredi masuk ke kamar mandi untuk menggosok gigi. Ketika aku kembali ke kamar, Fredi sedang tidur di tempat tidurku hanya memakai celana pendek, entah dia sudah benar-benar tidur atau belum. Ketika sedang menyisir rambutku, kurasakan sebuah tangan memeluk pinggangku dari belakang. Ternyata Fredi.

Dia sudah berdiri di belakangku sambil menciumi rambutku.
“Rambutmu wangi Dik, baru keramas ya..?” katanya lembut dekat dengan kupingku.
Aku pun mengangguk. Dia menyibakkan rambutku dan menciumi tengkukku. Tengkukku merupakan daerah sensitifku, dan perlakuannya itu membuatku terangsang. Kubalikkan badanku menghadapnya, dan langsung menyambut bibirnya. Kami berciuman dengan penuh nafsu dan tangannya mulai masuk ke balik dasterku, meremas pantatku.

Tanganku mulai menelusuri punggungnya ke arah bawah, hingga aku bisa meraih celananya dan langsung kulepaskan berikut celana dalamnya. Kuremas batang kemaluannya yang sudah mengeras. Dia melepas bibirnya dari bibirku dan mulai melepas pakaianku, mulai dari daster sampai BH-ku dengan cepat dilepaskannya, hingga tinggal celana dalam saja yang melekat di tubuhku. Lalu dia membopong dan membaringkan tubuhku di atas tempat tidur.

Setelah memposisikan tubuhnya di atas tubuhku, kami mulai berciuman lagi. Namun kali ini, ciumannya tidak hanya pada satu tempat. Lidahnya menelusuri seluruh bagian tubuhku, wajah, leher, dada, perut. Setelah menjilati perutku, dia menuju ke arah payudaraku. Dijilatinya daerah sekitar puting susuku, sementara tangannya meremas-remas payudaraku yang lain. Lidahnya mulai mempermainkan puting susuku, lalu kadang-kadang dia menggigit atau menghisapnya dalam-dalam. Aku mendesah keenakan sambil meremas rambutnya yang lebat.

Setelah puas dengan yang di sebelah kiri, dia pun pindah melahap payudaraku yang sebelah kanan. Setelah itu lidahnya menelusuri perutku lagi, namun begitu sampai di celana dalamku, dia langsung menggigitnya dan menariknya hingga lepas. Dilebarkannya kedua kakiku dan dengan gerakan yang pasti dia membenamkan kepalanya di antara kedua kakiku itu. Pertama, dia menjilati klitorisku, membuatku menggelinjang menahan rasa geli. Kemudian lidahnya digerakkan menuju bibir kemaluanku yang sudah sangat basah. Lidahnya dengan pasti menyusup ke dalam lubang senggamaku, sementara tangannya terus meremas kedua payudaraku.

Desahan-desahan terus keluar dari mulutku, “Oh.. ah.. enak sekali Mas.. ooh..!”
Tiba-tiba aku merasa ada sesuatu yang akan keluar, “Maas, aku mau keluar..!”
Mendengar teriakanku ini, dia semakin bernafsu mempermainkan liang senggamaku dengan lidahnya. Lalu aku merasa tubuhku menegang diiringi rasa nikmat yang luar biasa, dan tanpa sadar kepalanya yang berada di antara pahaku kujepit.
Dia menunggu orgasmeku lewat, dan setelah aku tenang dia berbisik di telingaku, “Gimana rasanya..?”
“Enak sekali Mas..,” aku menjawab sambil tersenyum.
“Aku juga ingin merasakannya..,” dia berkata membalas senyumanku.

Posisi kami sudah berbalik. Sekarang dia sudah berbaring di bawahku. Aku mulai dengan menciumi bibirnya, wajahnya, lalu turun ke leher, dada dan perut. Kuraba batang kejantanannya yang masih mengeras dan dengan perlahan kuarahkan ke mulutku. Kujilati perlahan batang kemaluan itu, dan setelah seluruh permukaannya basah, aku pun memasukkannya ke dalam mulutku. Bagiku, ukuran batang kemaluannya termasuk besar, sehingga aku harus membuka mulutku lebar-lebar agar seluruhnya bisa masuk. Kukocok batang kemaluannya dengan mulutku, dan sesekali kuhisap. Aku mendengar lenguhannya setiap kali batangnya kuhisap, “Wow.. ooh.. oohh..”

Mendengar lenguhannya itu, aku semakin bernafsu. Kupercepat kocokanku dan lebih sering lagi kuhisap. Tidak berapa lama, dia mengalami ejakulasi. Kurasakan air maninya di mulutku, yang kemudian langsung kutelan semuanya. Kuperhatikan wajahnya, dia nampak seperti kesakitan, namun setelah selesai, dia menarik nafas.
Dia berkata, “Terima kasih, sungguh nikmat sekali.”
Aku membalas dengan mencium lembut bibirnya, lalu berbaring di sebelahnya.

Kami berdiam diri sejenak. Namun tidak berapa lama, tangan kami mulai meraba-raba lagi. Dia meraba bibir kemaluanku, sedangkan aku meraba batang kejantanannya. Bibir kami saling berpagutan, hingga kurasakan batang kejantanannya kembali menegang dan liang senggamaku mulai basah. Kemudian dia berguling ke atasku, kali ini batang kejantanannya digesek-gesekkan ke bibir kemaluanku. Bibir kami masih tetap berpagutan. Tangannya mulai membimbing batang kemaluannya menuju ke lubang senggamaku. Aku mulai merasa batang kejantanannya perlahan-lahan masuk.

Perlu diketahui, bahwa walaupun kami sudah sering berhubungan atau bercinta dan bercumbu, namun saya masih perawan. Hal ini memang belum pernah terjadi sebelumnya, karena memang keadaan diantara kami yang tidak memungkinkan kami untuk bertindak ke hal yang lebih. Tetapi apa yang kami lakukan saat ini benar-benar merupakan kesempatan buat kami merasakan sensasi hubungan seks yang sebenarnya, selayaknya seorang suami yang mencumbu istri tersayangnya.

Dia memandang wajahku, dan ketika melihatku tersenyum, dia mulai menggerakkan batang kejantanannya keluar masuk, walaupun baru bagian kepalanya saja yang sudah masuk ke dalam liang keperawananku. Rasanya enak tetapi sekaligus juga geli. Kulihat dia pun menikmatinya.
Tiba-tiba dia berhenti dan bertanya, “Apa kamu mau melakukannya..?”
Aku memandangnya, aku berpikir bahwa aku sudah berpacaran dengannya lebih dari 4 tahun dan aku memang menginginkannya.
Aku pun menjawab mantap, “Ya Mas, ayo lakukan..!”

Perlahan dia mulai mendorong batang kemlauannya masuk, namun tiap kali aku meringis kesakitan, dia berhenti, lalu mulai lagi hingga akhirnya batang kejantanannya benar-benar terbenam di dalam liang keperawananku. Aku merasa kemaluanku begitu penuh hingga aku tidak dapat merasakan gerakan ototnya lagi.
Namun dia justru berkata, “Aaah, enak sekali pijatanmu Dik..!” sambil menikmati penetrasinya yang sukses dia lakukan.
Saya yang saat itu dilingkupi perasaan sakit karena baru pertama kalinya ditembus oleh batang kejantanan lelaki. Tetapi perasaan itu tidak lama kurasakan, karena sebentar kemudian kurasakan kenikmatan setelah melihat wajahnya yang begitu kusuka.

Setelah diam sesaat, dia mulai menggenjot batang kejantanannya keluar masuk liangku yang saat itu sudah tidak lagi perawan. Tiba-tiba dia menarik badanku ke pinggir tempat tidur hingga dia sekarang dalam posisi berdiri. Dia kembali menggenjot, dan dia membasahi jarinya dengan ludah lalu mengusapkannya ke klitorisku. Aku menggelinjang hebat. Rasanya nikmat sekali. Aku mulai meremas-remas payudaraku, namun kemudian dia menepis tanganku dan dengan penuh nafsu melahap payudaraku. Aku merasakan sensasi yang sangat hebat.

Batang kejantanannya ada di dalam liang senggamaku, tangannya mengusap-usap klitorisku dan mulutnya menghisap payudaraku.
“Ooohh.. enak Sayang.., ooh.. sungguh nikmat..!” erangku.
“Aku juga Sayang.., kita keluarkan bersamaan yah..?” katanya ditengah-tengah permainan seks yang kami lakukan.
Setelah melakukannya dengan posisi yang sama selama kurang lebih 10 menit, kami pun mencapai orgasme secara bersamaan. Dan kemudian tergeletak lemas karena kelelahan. Saat itu sudah pagi, namun kami tidur dengan lelap hingga hari menjelang sore.

Tamat

No comments:

Post a Comment